
Dibalik Janji Manis WorldID: Ancaman Nyata bagi Keamanan Data
Di tengah krisis ekonomi yang kian menghimpit, tawaran uang ratusan ribu rupiah menjadi harapan bagi banyak orang. Tiga ratus ribu per bulan, selama setahun penuh—bagi sebagian, angka ini mungkin kecil, tapi bagi mereka yang bertahan hidup dari hari ke hari, uang itu bisa menjadi penyelamat.
Bisik-bisik tentang “uang cepat” merayap ke sudut-sudut gang, meresap di lapak-lapak kecil, mengundang siapa saja yang butuh uang tanpa banyak pertimbangan. Cukup mengunduh aplikasi World App, mengisi data pribadi lengkap, lalu datang ke titik yang telah ditentukan. Orb, alat berbentuk bulat, akan memindai retina mata—merekam identitas biometrik seseorang secara permanen.
Tanpa banyak pertanyaan, data diri yang tak tergantikan berpindah tangan. Dan sebagai gantinya, uang ratusan ribu pun mengalir ke dompet digital. Sebagian besar tak tahu **apa yang mereka serahkan, ke mana data itu pergi, dan untuk siapa data itu digunakan. Yang mereka tahu, uang itu bisa dibawa pulang hari itu juga.
Bom Waktu di Masa Depan
Fenomena ini bukan sekadar transaksi biasa, tapi permainan berisiko tinggi dentitas biometrik adalah data paling sensitif yang dimiliki manusia—tak bisa diganti seperti nomor telepon atau password. Jika jatuh ke tangan yang salah, konsekuensinya bisa seperti bom waktu yang meledak di masa depan.
WorldID datang dengan kemasan futuristik, menjanjikan masa depan berbasis teknologi canggih. Namun, di balik semua itu, tersimpan ancaman besar: keamanan dan masa depan data pribadi warga. Pemerintah akhirnya turun tangan—Kominfo memblokir operasional WorldID untuk sementara waktu. Tapi apakah ini cukup? Apakah langkah ini datang tepat waktu setelah ribuan data mungkin sudah berpindah tangan?
Lawan, Sebelum Terlambat
- angan mudah tergoda oleh tawaran instan. Apa pun yang menyangkut data diri permanen harus disikapi dengan hati-hati.
- Pemerintah harus lebih proaktif, memperkuat edukasi literasi digital, terutama bagi masyarakat bawah yang sering kali menjadi sasaran empuk manipulasi teknologi.
- Platform digital harus bertanggung jawab** atas transparansi data warga. **Bagaimana data digunakan? Siapa yang mengelola? Apa risikonya? Semua harus dijelaskan secara terbuka.
- **Kita semua harus peduli**, karena ini bukan hanya soal mereka yang butuh uang cepat, tapi soal masa depan keamanan digital bangsa
Jangan biarkan masalah ini berlalu begitu saja, seolah tak ada yang terjadi. Ini bukan sekadar cerita tentang uang. Ini adalah perjuangan mempertahankan identitas, melindungi hak atas data, dan mencegah generasi kita terjebak dalam sistem yang bisa menghancurkan mereka di masa depan.
Semoga ini menjadi pelajaran. Bukan hanya untuk mereka yang sudah terjerat, tetapi juga untuk kita semua—sebelum godaan yang sama datang menghampiri.
-