Untuk sopir generasi 80-90an sedang mengalami masa kejayaan dimana belum banyak kepemilikan kendaraan secara pribadi. Hanya orang kaya yang bisa memiliki motor dan bisa dihitung dengan jari. Sehingga pada masa itu, sopir benar-benar pekerjaan yang menjanjikan.
Dengan tarif standar yang tinggi, minim pesaing, tak jarang sopir pada jaman itu bisa mendapatkan uang yang banyak. Apalagi di pedesaan atau pinggiran kota, profesi sopir benar-benar terlihat mentereng. Rata-rata hidupnya makmur untuk kalangan menengah kebawah. Tapi dibalik masa kejayaan itu, ada beberapa penderitaan yang dirasakan.
8 'Penderitaan' Sopir Penumpang Jadul Yang Jarang Dirasakan Sopir Masa Kini, Tapi Duitnya Banyak
sopir jadul penderitaan
1. Mobil angkutan belum memiliki fitur AC sehingga pada momen tertentu merasa 'menderita'
Mobil masa kini sebagian besar sudah dilengkapi dengan fitur AC, sedangkan jaman dulu jarang mobil angkutan yang memiliki fitur ac. Sehingga ketika panas atau hujan, sopir cenderung 'menderita'. Apalagi muatan penuh dengan manusia, tentu saja itu akan lebih repot. Sebab suhu di dalam kabin akan semakin panas. Saat hujan pun kaca akan beresiko berembun lebih cepat.
2. Mobil belum memiliki power steering, ditambah jalanan yang belum sebagus sekarang
Pada beberapa daerah, jalanan dalam kondisi buruk sehingga perlu kecepatan sedang ketika melaluinya. Dengan tidak adanya fitur power steering tentu saja sopir jaman dulu akan lebih cepat merasa lelah.
3. Penumpang didominasi oleh manusia dan barang, sehingga harus angkat berat atau minimal bayar kernet
Kalau jaman dulu, muatan bukan hanya manusia, tapi barang hasil bumi yang dijual. Tidak jarang muatan itu beratnya sampai puluhan kilo. Sopir yang tidak memiliki kernet tentu harus bekerja ekstra untuk memasukkan barang.
4. Tidak ada batas maksimal muatan, sehingga selama masih bisa masuk pasti dipaksakan
Jaman dulu selama masih bisa masuk, dianggap masih muat. Sehingga mobil dipaksa melebihi kapasitas standar. Tidak jarang karena hal itu, mobil tidak kuat saat menanjak.
5. Ketersediaan bengkel yang minim, sehingga ketika mengalami kerusakan di jalan terasa lebih merepotkan
Bengkel mobil masih jarang sehingga jika ada kerusakan harus memanggil teman untuk membantu. Kalau keadaan tidak memungkinkan, mobil harus menginap di lokasi sementara waktu.
6. Bahkan banyak penumpang yang tidak paham cara buka tutup pintu
Ada saja penumpang yang tidak tahu caranya buka pintu sehingga sopir harus turun tangan. Kalau ada kernet masih mending karena tugasnya selain bongkar muat barang berat, juga buka tutup pintu untuk penumpang.
7. Penumpang pun banyak yang malu-malu sehingga tidak jarang kebablasan setelah sampai tujuan
Untuk teriak "kiri" saja tidak ada rasa percaya diri. Akhirnya penumpang kebablasan dalam jarak yang lumayan. Bahkan ada kejadian penumpang harus ikut sampai ujung untuk putar balik.
8. Belum ada layanan google map, sehingga untuk tujuan wilayah asing sering turun untuk bertanya
Kadang kalau ada carteran ke daerah asing, selain harus fokus pada plang juga tanya-tanya dengan orang sekitar. Tidak jarang saat hujan atau gerimis, rela turun untuk menanyakan arah.
Tidak ada komentar:
Write komentar